Trichoderma
Sp. merupakan organisme….
Trichoderma
sp. adalah
jamur saprofit tanah yang secara alami merupakan parasit yang menyerang banyak
jenis jamur penyebab penyakit tanaman (spektrum pengendalian luas). Jamur Trichoderma sp. dapat menjadi hiperparasit pada
beberapa jenis jamur penyebab penyakit tanaman, pertumbuhannya sangat cepat dan
tidak menjadi penyakit untuk tanaman tingkat tinggi. Mekanisme antagonis yang
dilakukan adalah berupa persaingan hidup, parasitisme, antibiosis dan lisis (Harman
et al., 2004).
Populasi Trichoderma sp. dapat tumbuh baik
pada kisaran suhu rata-rata 17°C-34°C kemampuan pengendalian hayati dari
cendawan ini akan semakin berkurang seiring dengan naiknya suhu tanah (Eland,et.al., 1997 dalam
efri,1994). Cendawan Trichoderma sp. menghendaki kelembaban yang tinggi serta
tersedianya bahan makanan dasar yang sesuai dengan pertumbuhan Trichoderma sp. (Chet dan Baker
1981 dalam Talanca 1998).
Menurut Djatmiko dan Rohadi ( 1997 )
cendawan Trichoderma sp. dapat
tumbuh baik pada pH yang rendah. Cendawan ini akan terhambat pertumbuhannya
pada kondisi tanah pada pH diatas sekitar diatas 5,4 ( Baker dan Cook,1997 ),
lebih lanjut dikemukakan bahwa cendawan ini lebih berhasil kemampuannya dalam
menekan cendawan patogen pada kondisi tanah yang masam dari pada tanah alkalis.
Pengendalian biologi (hayati) menunjukkan
alternatif pengedalian yang dapat dilakukan tanpa harus memberikan pengaruh
negatif terhadap lingkungan dan sekitarnya, salah satunya adalah dengan
pemanfaatan agens hayati seperti virus, jamur atau cendawan, bakteri atau
aktiomisetes. Jamur Trichoderma sp. bersifat
antagonistik, terhadap jamur lain dalam mengendalikan penyakit tanaman yang
mampu menghambat perkembangan patogen melalui proses mikroparasitisme,
antibiosis, dan kompetisi (Chet, 1987).
Trichoderma sp.
diklasifikasikan dalam Kingdom Plantae, Devisio Amastigomycota, Class
Deutromycetes, Ordo Moniliales, Famili Moniliaceae, Genus Trichoderma,
Spesies Trichoderma sp.
Cendawan Trichoderma terdapat
lima jenis yang mempuyai kemampuan untuk mengendalikan beberapa patogen
yaitu Trichorderma harzianum, Trichorderma koningii,
Trichorderma viride, Trichoderma hamatum dan Trichoderma polysporum. Jenis
yang banyak dikembangkan di Indonesia antara lain Trichorderma harzianum, Trichorderma koningii, Trichoderma
viride (Baharia. S., 2000).
Bentuk sempurna dari fungi ini secara umum
dikenal sebagai Hipocreales atau
kadang-kadang Eurotiales, Clacipitales dan Spheriales.
Spesies dalam satu kelompok yang sama dari Trichoderma dapat menunjukkan
spesies yang berbeda pada Hypocrea sebagai anamorf. Hal ini dimungkinkan karena
terdapat banyak perbedaan bentuk seksual dari Trichoderma (Chet, 1987).
Trichoderma sp. memiliki
konidiofor bercabang cabang teratur, tidak membentuk berkas, konidium jorong,
bersel satu, dalam kelompok-kelompok kecil terminal, kelompok konidium berwarna
hijau biru. Trichoderma sp. juga berbentuk oval, dan memiliki sterigma atau
phialid tunggal dan berkelompok (Nurhaedah,2002).
Koloni jamur Trichoderma sp. pada media biakan PDA tumbuh
dengan cepat pada suhu 25°Trichoderma sp.C-300C. Jamur ini
awalnya terlihat berwarna putih selanjutnya miselium akan berubah menjadi
kehijau-hijauan lalu terlihat sebagian besar berwarna hijau ada ditengah koloni
dikelilingi miselium yang masih berwarna putih dan pada akhirnya seluruh medium
akan berwarna hijau sedangkan bagian bawahnya tidak berwarna (Nurhayati, 2001).
Mekanisme Antagonis Trichoderma sp. yang
telah banyak diuji coba untuk mengendalikan penyakit tanaman Sifat antagonis
Cendawan Trichoderma sp. telah diteliti sejak lama. Inokulasi Trichoderma sp.
ke dalam tanah dapat menekan serangan penyakit layu yang menyerang di
persemaian, hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh toksin yang dihasilkan
cendawan ini. Selain itu Trichoderma sp. mempunyai kemampuan berkompetisi
dengan patogen tanah terutama dalam mendapatkan Nitrogen dan Karbon (Lilik,et.al., 2010).
Pengendalian patogen tanaman yang bersifat
tular tanah dengan menggunakan cendawan Trichoderma sp. dapat terjadi melalui
mikoparasit (memarasit miselium cendawan lain dengan menembus dinding sel dan
masuk kedalam sel untuk mengambil zat makanan dari dalam sel sehingga cendawan
akan mati). Trichoderma sp.menghasilkan antibiotik seperti alametichin,
paracelsin, trichotoxin yang dapat menghancurkan sel cendawan melalui
pengrusakan terhadap permeabilitas membran sel, dan enzim chitinase,
laminarinase yang dapat menyebabkan lisis dinding sel. Mempunyai kemampuan
berkompetisi memperebutkan tempat hidup dan sumber makanan. Mempunyai kemampuan
melakukan interfensi hifa. Hifa Trichoderma sp.akan mengakibatkan
perubahan permeabilitas dinding sel. Trichoderma sp. adalah jenis cendawan yang
tersebar luas di tanah, dan mempunyai sifat mikoparasitik (Gultom, 2008).
Mikoparasitik
adalah kemampuan untuk menjadi parasit cendawan lain. Sifat inilah yang
dimanfaatkan sebagai biokontrol terhadap jenis-jenis cendawan fitopatogen.
Beberapa cendawan fitopatogen penting yang dapat dikendalikan oleh Trichoderma
sp.antara lain: Rhizoctonia solani, Fusarium spp, Lentinus lepidus, Phytium
spp,Botrytiscinerea, Gloeosporium gloeosporoides, Rigidoporus lignosus
danSclerotiumroflsii yang menyerang tanaman jagung, kedelai, kentang, tomat,
dan kacang buncis, kubis, cucumber, kapas, kacang tanah, pohon buah- buahan,
semak dan tanaman hias (Tandion, 2008).
2.3 Potensi Trichoderma sp.
Potensi
Jamur Trichoderma sp. sebagai jamur antagonis yang bersifat preventif terhadap
serangan penyakit tanaman telah menjadikan jamur tersebut semakin luas
digunakan oleh petani dalam usaha pengendalian organisme penggangu tumbuhan.
Disamping karakternya sebagai antagonis diketahui pula bahwa Trichoderma sp.
juga berfungsi sebagai dekomposer dalam pembuatan pupuk organik. Aplikasi jamur
Trichoderma sp. pada pembibitan tanaman guna mengantisipasi serangan OPT sedini
mungkin membuktikan bahwa tingkat kesadaran petani akan arti penting
perlindungan preventif perlahan telah tumbuh.
Kemampuan
Trichoderma sp. sebagai cendawan antagonis ditentukan oleh laju pertumbuhan
yang cepat dan tingkat populasi yang tinggi. Djatmiko dan Rohadi (1997),
mengemukakan bahwa Trichoderma sp. termasuk cendawan penghuni tanah yang dapat
hidup disegala tempat, mudah diperoleh, cepat berkembang biak, tempat hidupnya
disekitar perakaran sehingga ia mempunyai kemampuan yang baik sebagai
pengendalian hayati patogen terbawa tanah terutama penyakit-penyakit yang
menyerang akar.
Penggunaan
agensi hayati untuk pengendalian penyakit tumbuhan adalah upaya untuk
mengurangi kemampuan bertahan suatu patogen, menghambat pertumbuhan,
penyebaran, mengurangi infeksi dan beratnya serangan patogen pada tanaman
inang. Selain itu, diharapkan dapat menggantikan peran pestisida kimia dan
mengurangi biaya penanggulangan. Oleh karena itu perlu adanya upaya
pengembangan jamur Trichodermasp. ke depan yaitu dengan pembuatan media organik
beras dan jagung yang ditujukan untuk menciptakan produk agen hayati yang
efektif untuk mengendalikan penyakit tanaman.
2.4
Pengendalian Hayati Trichoderma Sp.
Agens hayati menurut FAO (1997) yaitu
organisme yang dapat berkembang biak sendiri seperti parasitoid, predator,
parasit, arthropoda pemakan tumbuhan, dan patogen. Agens hayati yang digunakan
untuk mengendalikan penyakit disebut agens antagonis, pemanfaatan agens hayati
dalam menekan perkembangan penyakit terus dikembangkan dan dimasyaratkan ke
petani (Lilik,et.al.,
2010).
Salah
satu metode pengendalian penyakit tanaman dengan menggunakan mikroorganisme
antagonis yang sekarang banyak dikembangkan yaitu dengan menggunakan cendawan
atau bakteri nonparasit (Djatmiko dan Rohadi, 1997). Penggunaan cendawan
antagonis sebagai pengendali patogen merupakan salah satu alternatif yang
dianggap aman dan dapat memberikan hasil yang cukup memuaskan. Pengendalian
hayati terhadap patogen dengan menggunakan mikroorganisme antagonis dalam tanah
memiliki harapan yang baik untuk dikembangkan karena pengaruh negatif terhadap
lingkungan tidak ada (Darmono, 1994).
Pemanfaatan
mikroorganisme sebagai agens pengendalian nampaknya masih perlu dikembangkan.
Pengembangan penggunaan mikroorganisme tersebut perlu dilandasi pengetahuan
jenis-jenis mikroorganisme, jenis-jenis penyakit dan juga mekanisme
pengendalian penyakit tanaman dengan menggunakan mikroorganisme. Pemanfaatan
ini diharapkan dapat membantu pengendalian penyakit tanpa mengganggu kondisi
lingkungan.
Trichoderma sp. dapat dijadikan sebagai
agensi pengendalian patogen terutama yang tergolong asal tanah (Rosmini 2003).
mengemukakan bahwa Trichoderma sp. merupakan
agensi pengendalian hayati yang menjanjikan bagi petani untuk mendapatkan
teknologi pengendalian yang murah untuk jangkah panjang tidak merusak
lingkungan hidup dan tidak menyebabkan residu pada hasil tanaman.
Pengendalian hayati dengan menggunakan agens
hayati seperti Trichoderma sp. yang
terseleksi ini sangatlah diharapkan dapat mengurangi ketergantungan dan
mengatasi dampak negatif dari pemakaian pestisida sintetik yang selama ini
masih dipakai untuk pengendalian penyakit tanaman di Indonesia (Rosmini, 2003).
Bahan organik dapat pula digunakan sebagai
medium pertumbuhan cendawan antagonis dalam menekan patogen tular tanah. Hasil
penelitain Djatmiko dan Rohadi (1997) mendapatkan bahwa hasil perbanyakan Trichoderma harzianum dalam sekam padi
dan bekatul mempunyai kemampuan menekan Plasmodiphora
brassicae (penyakit akar gada) baik pada tanah
andosol maupun latosol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar